Selasa, 24 Mei 2011

Pembelajaran Mufradat

oleh New ElGharybah pada 24 Mei 2011 jam 16:20
A. Definisi Kosakata (Mufradât)
Kosakata atau mufradât (bahasa Arab) atau vocabulary (bahasa Inggris) adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu.
Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau tingkat pendidikannya.
Menurut Horn, kosakata adalah sekumpulan kata yang membentuk sebuah bahasa. Peran kosakata dalam menguasai empat kemahiran berbahasa sangat diperlukan sebagaimana yang dinyatakan Vallet yaitu bahwa kemampuan untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangat bergantung pada penguasaan kosakata seseorang. Meskipun demikian pembelajaran bahasa tidak identik dengan hanya mempelajari kosakata. Dalam arti untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal sekian banyak kosakata.

Kosakata juga merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bisa dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil. Maka, kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim (معلم ) dalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim (المعلم ) mempunyai dua morfem yaitu ال dan معلم . Adapun kata yang mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem yang mana masing-masing morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-mu’allimun ( المعلمون ) yang terdiri dari tiga morfem yaitu ال , معلم dan ون.
Terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran kosakata dalam pembelajaran bahasa Arab yang disebut problematika kosakata (مشكلات صرفية). Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran kosakata mencakup didalamnya tema-tema yang kompleks yaitu perubahan derivasi, perubahan infleksi, kata kerja, mufrad, tatsniyah, jama’, ta’nîts, tadzkîr dan makna leksikal dan fungsional. Tetapi dalam makalah ini, penulis tidak menjelaskan satu persatu dari tema-tema tersebut secara detail, hanya sekedar mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan teknik pembelajaran bahasa Arab.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata (mufradât) merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata tersebut akan ia digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran intelejensia dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.
B. Jenis-Jenis Kosakata(al-Mufradât)
Rusydy Ahmad Tha’imah memberikan klasifikasi kosakata (al-mufradât) menjadi empat yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya, yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian kosakata menurut konteks kemahiran kebahasaan
a. Kosakata untuk memahami (understanding vocabulary) baik bahasa lisan (الاستـماع ) maupun teks القراءة )
b. Kosakata untuk berbicara (speaking vocabulary). Dalam pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik pembicaraan informal (عادية) maupun formal (موقفية).
c. Kosakata untuk menulis (writing vocabulary). Penulisan pun membutuhkan pemilihan kosakata yang baik dan tepat agar tidak disalahartikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup penulisan informal seperti catatan harian, agenda harian dan lain-lain dan juga formal, misalnya penulisan buku, majalah, surat kabar dan seterusnya.
d. Kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata context yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan kosakata analysis yakni kosakata yang dapat dianalisa berdasarkan karakteristik derivasi kata unuk selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya.
2. Pembagian kosakata menurut maknanya
a. Kata-kata inti (content vocabulary). Kosakata ini adalah kosakata dasar yang membentuk sebuah tulisan menjadi valid, misalnya kata benda, kata kerja, dll.
b. Kata-kata fungsi (function words). Kata-kata ini yang mengikat dan menyatukan kosakata dan kalimat sehingga menbentuk paparan yang baik dalam sebuh tulisan. Contohnya hurûf jâr, adawât al-istifhâm, dan seterusnya.
c. Kata-kata gabungan (cluster words). Kosakata ini adalah kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-beda. Misalnya kata رغب dapat berarti menyukai bila kata tersebut dipadukan dengan في menjadi رغب في . Sedangkan bila diikuti dengan kata عن menjadi رغب عن artinya pun berubah menjadi benci atau tidak suka.
3. Pembagian kosakata menurut karakteristik kata (takhassus)
a. Kata-kata tugas (service words) yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara informal maupun formal dan sifatnya resmi.
b. Kata-kata inti khusus (special content words). Kosa kata ini adalah kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada yang spesifik dan digunakan di berbagai bidang ulasan tertentu, yang biasa juga disebut local words atau utility words.
4. Pembagian kosakata menurut penggunaannya
a. Kosakata aktif (active words), yakni kosakata yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan, tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat berbagai bacaan.
b. Kosakata pasif (passive words), yaitu kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata seseorang namun jarang ia gunakan. Kosakata ini diketahui lewat buku-buku cetak yang biasa menjadi rujukan dalam penulisan makalah atau karya ilmiah.
C. Bentuk-Bentuk (Shighah) Kosakata (al-Mufradât) Bahasa Arab
Secara umum bentuk kosakata dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua, pertama kosakata yang dapat mengalami perubahan (musytaq) yakni kata yang diambil dari kata yang lain antara keduanya terdapat hubungan makna meskipun lafalnya berubah seperti kata مرسم , مكتوب , حاكم yang berasal dari رسم, كتب, حكم dan sebagainya. Kedua, kosakata yang tidak berubah (jâmid) yakni kosakata yang sejak semula sudah mempunyai bentuk dan tidak diambil dari kata lain, misalnya kata شمش , جاموس , شجر dan sejenisnya. Kata-kata yang mengalami perubahan bentuk (musytaq) tidak hanya berubah bentuk saja tetapi berubah makna dan pengertian, misalnya kata فاتح dan مفتوح, kata pertama berarti pembuka atau penakluk sedangkan kata kedua berarti terbuka atau tertaklukkan. Cara membentuk kedua kata (isim fâ’il dan isim maf’ûl) tersebut yang mana tergolong dalam kata kerja tsulâtsi mujarrad adalah dengan mengikuti wazan فاعل – مفعول .
Kata yang berasal dari kata kerja lebih dari tiga huruf (tsulâtsi mazîd) bentuk isim fâ’il dan isim maf’ûlnya hanya dibedakan dengan huruf harakat kasrah pada huruf sebelum akhir untuk bentuk isim fâ’il dan harakat fathah untuk isim maf’ûl, seperti kata مطالبjika dibaca muthâlib berarti bentuk isim fâ’il yang artinya penuntut. Tetapi bila dibaca muthâlab, berarti pembaca menginginkan bentuk maf ‘ûl yang artinya yang dituntut. Metode atau cara pembentukannya melalui bentuk mudlâri’ dengan merubah huruf yang paling depan (harf al-mudlâra’ah) menjadi huruf mim (م). Untuk menentukan apakah bacaan yang tepat dalam suatu teks itu bentuk pertama atau kedua, maka konteks kalimatnya yang menjadi pertimbangan. Contoh :
a. نحن مطالَبون أن ندرس بجد
b. نحن مطالِبون أن يدرسنا الأسـتاذ بجد
Dari konteks kedua kalimat tersebut dapat ditentukan bahwa kata yang digarisbawahi pada kalimat pertama adalah bentuk isim maf ‘ûl yang artinya dituntut, jadi harus dibaca muthâlabûn karena arti kalimat adalah kita dituntut untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Adapun kata yang bergaris bawah pada kalimat kedua adalah bentuk isim fâ’il artinya menuntut, olehnya itu dibaca muthâlibûn karena arti kalimat yang tepat adalah kita menuntut agar dosen mengajar kita dengan sungguh-sungguh.
D. Dasar-Dasar Pemilihan Kosakata (al-Mufradât)
Menurut Ahmad Djanan Asifuddin, pembelajaran kosakata (al-mufradât) yaitu proses penyampaian bahan pembelajaran yang berupa kata atau perbendaharaan kata sebagai unsur dalam pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arab yang diselenggarakan pada suatu lembaga pendidikan perlu membersamakannya dengan pembelajaran beberapa pola kalimat yang relevan.
Menurut Ahmad Fuad Effendy (hal 87-88), dalam pembelajaran kosakata ada beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
a. Pembelajaran kosakata (al-mufradât) tidak berdiri sendiri. Kosakata (al-mufradât) hendaknya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan sangat terkait dengan pembelajaran muthâla’ah, istimâ’, insyâ’, dan muhâdatsah.
b. Pembatasan makna. Dalam pembelajaran kosakata hendaknya makna harus dibatasi sesuai dengan konteks kalimat saja, mengingat satu kata dapat memiliki beberapa makna. Bagi para pemula, sebaiknya diajarkan kepada makna yang sesuai dengan konteks agar tidak memecah perhatian dan ingatan peserta didik. Sedang untuk tingkat lanjut, penjelasan makna bias dikembangkan dengan berbekal wawasan dan cakrawala berpikir yang lebih luas tentang makna kata dimaksud.
c. Jumlah mufradat yang akan diajarkan. Ada perbedaan tentang jumlah mufradât yang akan diajarkan kepada siswa pada pembelajaran bahasa Arab untuk non- Arab. Ada yang mengusulkan antara 750-1000 mufradât untuk tingkat pemula (mubtadi’), 1000-1500 untuk tingkat menengah (mutawasith), 1500-2000 untuk tingkat atas (mutaqaddim). Ada pula yang berpendapat bahwa 2000 atau 2500 mufradât pada tingkat pemula (mubtadi’) cukup bagi mereka dengan syarat mereka belajar menyusun kalimat dan terampil menggunakan kamus.
d. Kosakata dalam konteks. Beberapa kosakata dalam bahasa asing (Arab) tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan tentang cara pemakaiannya dalam kalimat. Kosakata seperti ini hendaknya diajarkan dalam konteks agar tidak mengaburkan pemahaman siswa.
e. Terjemah dalam pengajaran kosakata. Pembelajaran kosakata dengan cara menerjemahkan kata ke dalam bahasa ibu adalah cara yang paling mudah, namun mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain dapat mengurangi spontanitas siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan saat berhadapan dengan benda atau objek kata, lemah daya lekatnya dalam ingatan siswa, dan juga tidak semua kosakata bahasa asing ada padanannya yang tepat dalam bahasa ibu. Oleh karena itu, cara penerjemahan ini direkomendasikan sebagai senjata terakhir dalam pembelajaran kosakata, digunakan untuk kata-kata abstrak atau kata-kata yang sulit diperagakan untuk mengetahui maknanya.
f. Daftar mufradât. secara sederhana tergambar, memungkinkan pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing jika siswa hafal seperangkat mufradât bahasa Arab yang sering digunakan beserta terjemahannya ke dalam bahasa yang digunakan siswa.
Dasar atau asas-asas yang menjadi prinsip acuan pemilihan kata atau kosakata dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Frequency (tawatur), yaitu frekuensi penggunaan kata-kata yang tinggi dan sering itulah yang harus menjadi pilihan.
b. Range (tawazzu’), yaitu mengutamakan kata-kata yang banyak digunakan baik di negara Arab maupun di negara-negara non Arab atau di suatu negara tertentu yang mana kata-kata itu lebih sering digunakan.
c. Availability (mataahiyah), mengutamakan kata-kata atau kosakata yang mudah dipelajari dan digunakan dalam berbagai media atau wacana.
d. Familiarity (ulfah), yakni mendahulukan kata-kata yang sudah dikenal dan cukup familiar didengar, seperti penggunaan kata شَمْسٌ lebih sering digunakan dari pada kata ذٌ كاءٌ , padahal keduanya sama maknanya.
e. Coverage (syumuul), yakni kemampuan daya cakup suatu kata untuk memiliki beberapa arti, sehingga menjadi luas cakupannya. Misalnya kata يبت lebih luas daya cakupannya dari pada kata منـزل .
f. Significance (ahammiyah), yakni mengutamakan kata-kata yang memiliki arti yang signifikan untuk menghindari kata-kata umum yang banyak ditinggalkan atau kurang lagi digunakan.
g. Arabism, yakni mengutamakan kata-kata Arab dari kata-kata serapan yang diarabisasi dari bahasa lain. Misalnya kata الهاتف , المذيـاع, التلفاز secara berurutan ini harus diutamakan pemilihannya dari pada kata التليفون , الراديو dan التلفزيون.
E. Strategi Pembelajara Mufradât
Strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah teknik-teknik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Begitu pula halnya dengan pembelajaran bahasa Arab khususnya kosakata (al-mufradât) ini menuntut adanya strategi yang dapat diterapkan tanpa mengharuskan adanya sarana-sarana yang tidak terjangkau oleh lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Arab. Namun bila ada sarana dan media yang memadai tentunya akan lebih baik dan sangat membantu suksesnya strategi pembelajaran yang akan dikemukakan pada makalah ini.
Ahmad Fuad Effendy menjelaskan lebih rinci tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosakata (al-Mufradât) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata (al-mufradât), sebagai berikut:
a. Mendengarkan kata. Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru atau media lain, baik berdiri sendiri maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka untuk selanjutnya siswa akan mampu mendengarkan secara benar.
b. Mengucapkan kata. Dalam tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama.
c. Mendapatkan makna kata. Pada tahap ini guru hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam memperoleh arti suatu kata, yaitu dengan pemberian konteks kalimat, definisi sederhana, pemakaian gambar/foto, sinonim (murâdif), antonim (dlid), memperlihatkan benda asli atau tiruannya, peragaan gerakan tubuh, dan terjemahan sebagai alternatif terakhir bila suatu kata memang benar-benar sukar untuk dipahami oleh siswa.
d. Membaca kata. Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna kata-kata (kosakata) baru, guru menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut dengan suara keras.
e. Menulis kata. Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa.
f. Membuat kalimat. Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru harus kreatif dalam memberikan contoh kalimat-kalimat yang bervariasi dan siswa diminta untuk menirukannya. Dalam menyusun kalimat-kalimat itu hendaknya digunakan kata-kata yang produktif dan aktual agar siswa dapat dengan memahami dan mempergunakannya sendiri.
Ada beberapa cara juga yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan makna kosakata (mufradât), yaitu sebagai berikut:
a. Dengan menampilkan benda atau sampel yang ditunjukkan oleh makna kata, seperti menampilkan buku, pensil, dan lain sebagainya.
b. Dengan peragaan tubuh, seperti: guru membuka buku ketika menerangkan kataفتح الكتاب .
c. Dengan bermain peran, seperti: guru yang sedang memerankan orang sakit yang memegangi perut dan dokter memeriksanya.
d. Menyebutkan lawan kata (antonim) dan persamaan katanya (sinonim).
e. Menyebutkan kelompok katanya, misalnya: untuk menjelaskan kata عائلة guru bisa menyebutkan kata berikutnya, seperti زوج، أسرة، أولاد .
f. Menyebutkan kata dasar sebuah kata dan kata bentuknya.
g. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya.
h. Mengulang-ulang bacaan.
i. Mencari makna dalam kamus.
j. Menerjemahkan ke dalam bahasa siswa, ini cara terkhir dan hendaknya guru tidak tergesa-gesa dalam menggunakan cara ini.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kosakata di atas tentunya dapat dijadikan acuan para pengajar bahasa asing khususnya bahasa Arab, walaupun tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan prosedur dan langkah-langkah tersebut. Faktor alokasi waktu dalam hal ini juga harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan kata-kata tetentu yang dianggap sukar atau kata-kata yang memang hanya dapat dipahami secara baik dan utuh maknanya bilamana dihubungkan serta disesuaikan dengan konteks wacana.
Ada pula setrategi pembelajaran mufradât dengan menggunakan permainan, di antaraya adalah setrategi Puzzel. Strategi ini menggunakan pendekatan permainan sebagaimana layaknya teka-teki silang (TTS). Fokusnya adalah pada penguasaan kosa-kata sebanyak mungkin. Semakin banyak perbendaharaan kosa kata yang dimiliki siswa, memungkinkan semakin banyak hasil yang diperolehnya. Langkah-langkahnya adalah:
a. Buatlah tabel berisi huruf-huruf dengan beberapa kata kunci.
b. Bagikan kertas berisi tabel tersebut kepada para siswa.
c. Mintalah siswa untuk menemukan mufrodat sebanyak-banyaknya dari tabel tersebut (dapat mendatar, menurun, maupun diagonal dan sebaliknya).
d. Mintalah masing-masing untuk menyampaikan hasilnya (presentasi).
e. Berikan klarifikasi secara menyeluruh dari hasil para siswa tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar